Fakultas Psikologi Untar mengadakan Seminar dan Buka Puasa Bersama sebagai momentum silaturahmi antara pengelola Program Studi dan para perwakilan mahasiswa di setiap Prodi, perwakilan dari Unit Kegiatan Kemahasiswaan serta Perpustakaan dan tenaga kependidikan (Tendik) pada Jumat, 14 Maret 2025 sejak pk. 16.30 WIB sampai waktu berbuka puasa di ruang serbaguna gedung R, Kampus I, Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Acara yang penuh dengan suasana kekeluargaan dan harmonis ini, diisi dengan knowledge sharing dari Dr. Monty P. Satiadarma, MS/AT, MFCC, DCH, Psikolog, yang merupakan salah founder berdirinya Fakultas Psikologi pada 7 Juli 1994 silam. Pak Monty, demikian Beliau akrab disapa. Pak Monty berkisah mengenai sejarah Fakultas guna mengenalkan terutama kepada para mahasiswa yang baru bergabung di Fakultas Psikologi Untar. Dalam kalimat pembuka narasinya, disampaikannya bahwa “Kehidupan kita penuh dengan kebetulan, yang dikenal dengan istilah serendipity. Kebetulan memberikan kesempatan untuk ngobrol bersama atau melepas dahaga bersama.
Pak Monty melanjutkan penuturannya. “We live by our choices” Kita hidup sesuai pilihan kita. Maka, pilihlah yang sesuai selera karena pilihan yang ada terbatas.Di bumi kita tidak memiliki pilihan lain, demikian juga jika di atas permukaan bumi, kita tidak memiliki pilihan lain. Sering kita merasa sendiri, tiada tempat untuk berbagi. You feel but may not be true. Some of you may prefer being alone in privacy. Alangkah nikmat melepas dahaga bersama sambil berbagi cerita. Sering kita bermimpi beroleh kesegaran. Tetapi, ketika kita terjaga, terkadang kondisi kita menjadi kurang bugar. Bisa jadi karena beragam tuntutan, pekerjaan yang menumpuk, dan sebagainya.
Many of us live with fantasy. Kenyataan yang dihadapi terkadang adalah dahaga berkepanjangan. Namun, ketika kita berjalan dalam kekeringan, maka kesegaran perlu dicari. Banyak yang merasa terlantar. That’s life is all about. This may be a fantasy and this may be the reality. Silakan ditanyakan pada diri sendiri. Apakah Anda merasa ditolak, dicuekin, tidak didengarkan? Hanya bisa berharap pada Ilahi, karena yang lain mungkin sedang tuli.
We may get busy praying and we may not want to listen. Saat berdoa kita berulang-ulang memanjatkan harapan. Tetapi, Tuhan lebih tahu hati kita. Mungkin di relung hati kita, kita ada niat untuk berbagi. Kadang kita ingin berbagi gagasan, tetapi takut idenya akan diambil atau digunakan oleh orang lain. Tetapi, sejarah tidak mencatat apresiasi. This tends to be a reality, resulting of being thirsty.
Pak Monty mengutip pepatah, “When you wrong, no one forget, but when you right, no one will remember”. Pak Monty memberikan contoh analogi yang kerap muncul dalam keseharian. Di keluarga acapkali, anak jarang dipuji ketika berhasil mengenakan pakaian dengan rapi. Namun, ketika ada sedikit kesalahan, lalu anak dimarahi. Demikian pula halnya ketika seorang suami pulang telat ke rumah, akan ditegur istri, namun sebaliknya ketika suami tersebut pulang tepat waktu, justru tidak diapresiasi. Ini kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. This certainly is our reality. Pada dasarnya semua orang berupaya mencari eksistensi.
Dalam orasinya yang sarat makna, Pak Monty mengingatkan agar setiap kita dapat memanfaatkan waktu untuk menata hidup secara nyata. Awali dengan langkah sederhana, dimulai dengan membereskan tempat hidup kita. Ini mungkin memberi citra banyaknya pengetahuan dan tugas Anda, tetapi juga mungkin menimbulkan kemelut hati. Misalnya, ketika banyak barang, terkumpul, tidak rapi, lalu terjadi ekspansi pada ranah orang lain. Mungkin ada baiknya kita menata ulang banyak hal. Nampaknya untuk menata dunia akan susah, tetapi perbaiki dunia Anda mulai dari diri Anda sendiri. Jika Anda tidak dapat menata diri Anda, bagaimana lalu Anda ingin menata orang lain?. Be discipline, be consistent.
Bersamaan dengan momentum di saat ummat muslim berpuasa dan menunggu datangnya waktu berbuka puasa, Pak Monty menyampaikan bahwa “Ada baiknya kita dekatkan diri dengan semesta. Terkadang kita lupa gemercik suara air, suara daun. It’s all nature flow.Namun, ruang hijau, tanaman perlu dirawat. Demikian halnya jika dikaitkan dengan seorang anak. Jika anak tidak dirawat, maka anak tersebut akan tumbuh dengan liar. Oleh karena itu, ada baiknya kita dengarkan bisik lembut nurani daripada sibuk menjerit dan mengais eksistensi. If we keep yelling shouting, screaming, and we cannot listen. lease be quite, sit down, listen to your heart, talk to your self, review to your self and reorganize.
Ada baiknya kita mengapresiasi kerja bersama. Saling berdonasi gagasan dan karya dari kekayaan pengetahuan kita. Kita tidak punya otoritas atas keputusan orang lain. Namun, kita bisa memberikan gagasan. Ketika ide kita diterima maka kita bersyukur, namun jika tidak, maka tidak menjadi masalah. Karena, di sana ada senantiasa makna, untuk kita melepas dahaga.
Take time, enjoy the moment and be thankful. Menutup refleksi dalam pesannya berisi harapan sebagaimana yang tersaji dalam positive psychology, Pak Monty mengingatkan setiap kita untuk bersyukur. Semoga kita bisa menikmati masa depan bersama. Bersama di sini atau dimanapun. Kita memilih dimana kita mau bersama dan kita tidak bisa memaksa.
Menutup sesinya, Pak Monty mengutip sebuah kutipan dari Jalal ad-Din Muhammad Rumi, “Fasting blinds the body in order to open the eyes of your soul”, puasa membutakan jasmani untuk membuka mata jiwa. Semua yang hadir memberikan tepuk tangan riuh dan mengapresiasi penyampaian ide dan knowledge sharing dalam sesi seminar dari sosok founder seperti Pak Monty, yang meskipun di sela kesibukannya, Beliau tetap menyempatkan waktu guna memberikan sesi mengajar baik di jenjang sarjana dan profesi, kemudian concern dalam art therapy, mengisi berbagai seminar di dalam dan di luar negeri, namun tetap memiliki sisi kepedulian pada Fakultas yang didirikannya.
Berikutnya, setelah sesi tersebut, dipandu kembali oleh Ibu Sri Tiatri, Ph.D., Psikolog, selalu Dekan Fakultas Psikologi Untar yang kemudian merangkum narasi yang telah disampaikan Pak Monty dan mempersuasi setiap dosen, tendik dan mahasiswa untuk mulai dari berbenah, baik ketika ada bersama orang lain maupun ketika sendiri. Budaya saling berbagi, saling memahami menjadi hal yang sangat penting untuk mulai ditumbuhkembangkan, serta mengingatkan untuk kembali ke alam sekaligus me recharge energi.
Dalam forum silaturahmi tersebut, sebelum masuk pada kegiatan berbuka puasa dengan ditandai berkumandangnya adzan maghrib, ada tausiah yang disampaikan oleh Dadang Rumardi, Kepala Subbagian Akademik Prodi Jenjang Sarjana. Dalam tausiahnya, Pak Dadang mengingatkan mengenai hal-hal yang dapat membatalkan puasa secara umum, setiap muslim mengetahuinya yaitu makan, minum dan melakukan aktivitas seksual. Namun, kurang disadari sehingga perlu diingatkan kembali bahwa ketika berpuasa, maka seorang muslim perlu menjaga dirinya dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasanya, di antaranya yaitu gemar bergunjing, dan berkata kasar.
Selain itu, Pak Dadang menyampaikan pula mengenai keutamaan sholat dan upaya untuk menjaga sholat sebagai salah satu kewajiban bagi ummat Islam. Sebagai penutup Pak Dadang memandu doa menurut tata cara muslim dan menutup dengan sebuah pengingat bagi setiap yang hadir bahwa sebagai seorang hamba maka perlu untuk memperkuat keyakinan, permohonan dan kepasrahan kepada sang Pencipta. RH