Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 2 Mei menjadi momentum reflektif untuk mengenang para tokoh yang telah mendedikasikan hidupnya bagi dunia pendidikan. Bagi keluarga besar Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (F.Psi Untar), tanggal ini menyimpan makna yang lebih dalam. Tepat satu tahun yang lalu, pada 2 Mei 2024, F.Psi Untar kehilangan salah satu tokoh pendidik terbaiknya, Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at, yang berpulang dalam usia 89 tahun.
Ibu Wiwi Mar’at, demikian biasanya kami menyapanya, bukan hanya sekadar akademisi. Beliau adalah Guru Besar yang tidak hanya dihormati karena capaian intelektualnya, tetapi juga dikenang karena keteladanan sikapnya. Dalam membimbing mahasiswa dan kolega, Beliau menghadirkan nilai-nilai keramahan, kesantunan, dan integritas yang kuat. Kelas-kelas yang beliau ajar bukan hanya ruang transfer ilmu, tetapi juga ruang pembentukan karakter.
Demikian pula halnya pandangan mengenai sosok Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at menurut Dr. Monty P. Satiadarma, yang pernah menjadi Dekan Fakultas Psikologi Untar selama dua periode dan salah satu pendiri Fakultas Psikologi Untar. “Beliau adalah Guru Besar artistik yang rendah hati. Beliau terus berkarya estetika lewat goresan kuasnya, merekam ragam peristiwa kunjungannya di berbagai tempat termasuk manca negara. Beliau sosok rendah hati yang senantiasa siap mendampingi mahasiswa dan mantan mahasiswanya di ragam forum ilmiah”.
Kesan disampaikan Dr. Monty mengenai Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at membuat kita mengetahui bahwa Ibu Wiwi Mar’at memiliki semangat mendidik yang luar biasa dan tak lekang oleh waktu. Bahkan di usia senjanya, Prof. Mar’at masih aktif memberikan masukan dalam forum akademik, berdiskusi dengan penuh semangat, hadir dalam forum diskusi ilmiah, dan tetap berkomitmen membimbing dengan ketulusan. Semangatnya adalah cerminan sejati dari semangat yang pernah diajarkan oleh tokoh pahlawan nasional Ki Hadjar Dewantara yang kita peringati hari ini.
Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at juga memiliki sisi lain yang tak kalah menginspirasi. Beliau adalah seorang pelukis wanita yang produktif. Karya-karya lukisannya memancarkan perasaan yang mendalam dan refleksi batin yang sarat akan makna. Melalui warna dan lekuk tarikan kuasnya, Beliau mengekspresikan pandangan hidup, nilai-nilai kemanusiaan, dan cinta pada keindahan. Dunia pendidikan dan seni berjalan beriringan dalam dirinya, membentuk pribadi yang utuh dan berdaya cipta tinggi.
Lebih lanjut, Dr. Monty menambahkan kesan mendalam dirasakan selama mengenal sosok Ibu Mar’at, “Beliau juga tekun mngikuti paparan ilmiah para kolega dan mantan mahasiswanya dan tidak pernah enggan bertanya terkait keterbatasannya. Beliau tidak pernah merasa lebih superior dari siapapun, bahkan merefleksikan sosok ibu yang tulus dalam komunitasnya”, tuturnya.
Kehadiran Prof. Mar’at di tengah komunitas akademik F.Psi Untar adalah berkah yang terus berjejak. Ia meninggalkan warisan bukan hanya dalam bentuk karya tulis atau hasil penelitian, tetapi juga dalam ingatan dan hati para mahasiswa, dosen, dan staf yang pernah merasakan kehangatan serta kebijaksanaannya.
Hari ini, tepat satu tahun sejak kepergiannya, kami mengenang Beliau dalam doa dan rasa syukur yang mendalam. Semangat mendidik yang beliau wariskan akan terus hidup dalam langkah-langkah kami sebagai pendidik dan akademisi.
Mengutip pernyataan dari Ki Hadjar Dewantara: Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan. Itulah cerminan Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at bagi kami yang pernah mengenal sosoknya.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. Terima kasih, Ibu Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at, atas dedikasi dan cinta yang Ibu berikan bagi dunia pendidikan dan seni. Jejak Ibu akan terus hidup dalam ingatan kami, menjadi cahaya yang menuntun langkah para pendidik dan mahasiswa Fakultas Psikologi Untar. RH