Pada tanggal 9 Mei 2025 lalu, telah diadakan sebuah pentas musikal di Gedung Kesenian Miss Tjitjih, Jakarta Pusat. Pentas musikal yang bertema Ephemeral ini dirancang oleh para mahasiswa Fakultas Psikologi (F.Psi.) Universitas Tarumanagara (UNTAR) dari Unit Kegiatan Ekstrakurikuler (UKE) Phoenicia. Mengusung tagline “Love and Vengeance Collide, Will the Heart Heal or Shatter?’’.
Pertunjukkan diawali oleh sambutan yang meriah oleh dua orang Master of Ceremony (MC) pada pukul 19.05 WIB dan dilanjuti oleh kata sambutan oleh Rebecca Joan Gosal sebagai pimpinan produksi, Abigail Callista sebagai ketua dari Phoenicia, Joshua dan Angel sebagai perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) F.Psi. UNTAR serta Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) F.Psi. UNTAR, juga Bapak Untung Subroto, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Masing-masing menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam pembuatan pentas musikal, dan kepada penonton yang sudah hadir, termasuk orang tua yang menunjukkan dukungan kepada anak-anaknya.
Pementasan tersebut mengisahkan mengenai tokoh utama pria bernama Pranaya yang hidup dalam keluarga yang dulunya harmonis, hingga terjadi tragedi yang kemudian merenggut nyawa ayahnya. Sang ayah meninggal secara tragis dalam aksi demonstrasi yang tidak seharusnya melibatkan dirinya. Terjebak dalam kerumunan massa, nyawa ayah Pranaya melayang, menyisakan duka mendalam dan amarah yang mengendap dalam hati putranya.
Berselimutkan dendam, Pranaya bertekad mencari dalang di balik kekacauan yang merenggut ayahnya. Penyelidikannya menuntunnya pada satu nama, seorang tokoh berpengaruh yang tak lain adalah ayah dari Renjana, gadis yang telah menarik hatinya. Dalam permainan manipulasi perasaan, Pranaya mendekati Renjana dengan niat balas dendam. Namun, permainan berubah saat Pranaya justru jatuh cinta sungguhan pada Renjana. Cinta dan dendampun beradu, membelenggu hatinya dalam dilema. Ketika kebenaran terungkap, Renjana hancur mengetahui bahwa ayahnya adalah penyebab kematian ayah Pranaya. Perasaan bersalah membuatnya menjauh, meninggalkan Pranaya yang dilanda kehancuran dan kebingungan. Di tengah kegalauan ini, sahabat Pranaya, yang diam-diam mencintai Renjana, melihat kesempatan. Terbakar cemburu, ia mulai menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Renjana, hingga mengancam keselamatan Pranaya.
Dalam ketegangan dan konflik batin yang memuncak, Pranaya terjebak antara dendam yang menggerogoti hatinya dan cinta yang ingin ia pertahankan. Pada akhirnya, ia memilih pergi, menjauh dari Renjana, berharap luka hatinya bisa sembuh tanpa harus membalas dendam kepada orang yang tidak bersalah. “Ephemeral” adalah sebuah pentas musikal yang menggambarkan ketegangan, romansa, dan konflik batin dalam balutan lagu dan tarian. Adegan demonstrasi yang mencekam, pertikaian yang menggugah emosi, serta kisah cinta yang manis dan pahit, semuanya berpadu dalam sebuah kisah yang akan menggugah hati penonton. Pada akhirnya, sesuai dengan tema Ephemeral yang berarti tidak kekal, seperti ayahnya yang tidak dapat bersama dengan ibunya, Pranaya tidak berakhir dengan Renjana.
Suasana selama pentas musikal ditampilkan dengan baik. Selain dari emosi, ekspresi, dan ucapan dari para pemeran, suasana didukung oleh penggunaan musik, latar, dan cahaya yang tepat. Beberapa adegan humoris dan romantis berhasil mengundang tawa dari penonton, menunjukkan bahwa mereka benar-benar menikmati pertunjukkan ephemeral ini. Para kru dan pemeran telah berhasil menyalurkan ide-idenya ke dalam pertunjukan yang luar biasa. Diharapkan setiap mahasiswa dapat terinspirasi oleh semangat dan kerja keras setiap orang yang berkontribusi dalam menciptakan pentas musikal tersebut dan termotivasi untuk terus mengembangkan bakat dan minatnya. Selain itu, para penonton diharapkan dapat mengambil nilai-nilai yang positif dari pentas musikal ephemeral dan bagi UKE Phoenicia, dan diharapkan pentas musikal ini dapat menjadi batu loncatan untuk menghasilkan karya seni yang lebih baik lagi. AJ/NJ