Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (UNTAR) menyelenggarakan Workshop Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Berbasis Outcome Based Education (OBE) pada Senin, 8 Desember 2025. Kegiatan berlangsung di Kampus I UNTAR, Gedung R, ruang R.303, mulai pukul 10.00 WIB hingga 16.30 WIB, dan rencananya berlangsung dua hari, serta dihadiri oleh para dosen koordinator mata kuliah.
Acara dibuka oleh Master of Ceremony (MC), Ibu Debora Basaria Yulianti Hutabarat, M.Psi., Psikolog. Sebelum memasuki sesi utama bersama narasumber Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd., pakar pendidikan dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Solo, Ibu Debora memperkenalkan profil narasumber. Dalam paparannya, Prof. Joko menekankan pentingnya Rencana Pembelajaran Semester (RPS) sebagai dokumen kunci dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi.
RPS sebagai Dokumen Operasional Kurikulum
Prof. Joko menjelaskan bahwa RPS merupakan dokumen perencanaan pembelajaran yang disusun oleh dosen atau tim pengampu untuk mengarahkan proses belajar mahasiswa selama satu semester. RPS tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum. Beliau menegaskan bahwa:
- Kurikulum adalah kerangka besar yang menentukan tujuan program studi.
- RPS adalah rencana operasional pada tingkat mata kuliah.
- RPS memastikan implementasi kurikulum berjalan terukur, sistematis, selaras, serta berorientasi pada pencapaian Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL).
CPL, lanjutnya, merupakan rumusan kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa saat mereka lulus. Oleh karena itu, setiap mata kuliah wajib memiliki satu RPS.
Struktur Identitas dan Referensi RPS
Pada sesi berikutnya, Prof. Joko menguraikan beberapa bagian penting dari RPS, termasuk Identitas RPS yang berisi informasi dasar seperti nama dan kode mata kuliah, jumlah SKS, semester, status wajib/pilihan, nama dosen pengampu, dan mata kuliah prasyarat. Terkait referensi, beliau menekankan perbedaan kebutuhan literatur untuk mahasiswa S1 dan S2. Buku pengantar masih relevan untuk program sarjana, tetapi kurang memadai untuk program magister. Referensi idealnya berasal dari terbitan maksimal 10 tahun terakhir.
Beliau juga mengingatkan bahwa Kurikulum harus direview paling lama setiap 5 tahun, sedangkan, RPS perlu direview setiap tahun. Sub-CPMK dalam RPS disusun berdasarkan Bloom’s Taxonomy, selaras dengan konsep Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Untuk satu semester dengan 12 pertemuan, idealnya terdapat 12 Sub-CPMK.
Deskripsi Mata Kuliah dan Penyusunan CPMK
Prof. Joko menekankan pentingnya deskripsi mata kuliah yang lengkap dan informatif. Deskripsi tersebut idealnya berisi 100–150 kata yang mencakup nama mata kuliah, tujuan, materi ajar, metode pembelajaran, dan mekanisme penilaian.
Workshop hari pertama ini juga menjadi pembuka menuju kegiatan lanjutan di hari berikutnya, yang akan dilengkapi dengan simulasi dan praktik langsung penyusunan RPS berbasis OBE.
Diskusi Interaktif dan Pertanyaan Peserta
Sesi tanya jawab berlangsung aktif. Salah satu pertanyaan disampaikan oleh Pak Urip Purwono, Ph.D., Psikolog, mengenai dasar penetapan CPL dalam program studi yang biasanya berdasarkan tracer study dan stakeholder study. Tracer study, yaitu pelacakan alumni untuk melihat relevansi kompetensi lulusan dengan dunia kerja. Sedangkan, Stakeholder study, yakni analisis kebutuhan dari industri dan pengguna lulusan. Menanggapi hal tersebut, Prof. Joko sependapat dan menjelaskan bahwa penyusunan CPL di antaranya harus merujuk pada kedua hal tersebut.
Profil lulusan yang dihasilkan dari kedua sumber data tersebut menjadi dasar bagi penyusunan kurikulum, CPL, serta RPS. Pertanyaan lain terkait penilaian tugas kelompok juga muncul. Prof. Joko menjelaskan bahwa penilaian individu dalam tugas kelompok tetap bisa dilakukan melalui mekanisme peer assessment. RH