TALKSHOW: Stigma Sosial Generasi Z dan Alpha

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan Generasi Z dan Alpha, kedua generasi tersebut kini telah menjadi perbincangan hangat oleh Generasi Millenials, Boomer, maupun generasi lainnya. Nyatanya, tidak sedikit stigma negatif yang diberikan untuk Generasi Z serta Alpha. Apakah mereka seburuk itu?

Pada tanggal 15 Agustus 2024, Fakultas Psikologi (F.Psi.) Universitas Tarumanagara (UNTAR) mengadakan Workshop Mengembangkan Potensi Generasi Z dan Alpha: Tantangan dan Peluang di Era Digital. Workshop tersebut mengundang Bapak Sandi Kartasasmita, M.Psi., Psikolog dan Ibu Agustina, M.Psi., Psikolog sebagai narasumber serta Ibu Denrich Suryadi, M.Psi., Psikolog selaku moderator. Workshop yang diadakan secara tatap muka di T-Space, Kampus 1 UNTAR, mengajak peserta untuk mengenal lebih dalam stigma sosial yang ditujukan untuk Generasi Z dan Alpha.

Dalam dunia pendidikan dan kerja, banyak sekali keluhan yang diberikan untuk kedua generasi tersebut. Para guru merasa bahwa Generasi Z sulit memusatkan atensi mereka ketika belajar, terutama dengan teknologi yang semakin berkembang. Mereka kini lebih memilih untuk belajar menggunakan gadget daripada menggunakan buku. Hal ini menyebabkan para guru mengalami kesulitan dalam memberikan materi.

Menanggapi hal tersebut, Ibu Agustina, M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa guru harus mampu menemukan jawaban dari bagaimana agar peserta didik tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang ada. Salah satunya dengan dilakukan kegiatan belajar yang bervariasi dan sesuai seperti mencampur pembelajaran dengan bermain. Selain itu, penting bagi para guru untuk memiliki pencapaian target pada setiap pembelajaran.

Sedangkan, dalam dunia kerja, Bapak Sandi Kartasasmita, M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa Generasi Z dan Alpha mampu menunjukkan kreativitas dengan sangat baik dan fleksibel. Mereka juga cenderung lebih fokus pada tujuan yang dimiliki. Tidak dapat dipungkiri kalau Generasi Z serta Alpha memiliki perbedaan yang signifikan dengan generasi-generasi sebelumnya. Contohnya, seringkali Generasi Z merasa generasi sebelumnya kurang dapat memahami teknologi dengan baik. Berbanding dengan mereka yang sangat mahir dalam dunia media sosial. Lantas bagaimana cara agar para Human Resources (HR) dapat menyatu dengan Generasi Z dan Alpha? Menanggapi hal tersebut, Bapak Sandi Kartasasmita, M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa Human Resources (HR)  perlu mengenal lebih dalam para staf yang bekerja dengan mencari hal yang disukai dan diinginkan.

Maka, perlu diingat bahwa jangan hanya berfokus pada stigma negatif yang diterima oleh Generasi Z dan Alpha. Para guru dan Human Resources (HR) juga dapat lebih berusaha untuk memahami dan menyesuaikan pendekatan kepada Generasi Z dan Alpha untuk berinteraksi secara efektif. (KV,MZ)-SH

Berita Terbaru

Agenda Mendatang

 

14-16

Agustus

Penerimaan Mahasiswa Baru

15

Agustus

Workshop Mengembangkan Potensi Gen Z dan Alpha: Tantangan dan Peluang di Era Digital

17

Agustus

HUT RI Ke-79

19

Agustus

Awal perkuliahan semester ganjil 2024/2025

14

September

Sarasehan 2024

27-28

September

Prof. Constance Vissers: Kuliah Umum Neuropsychology of Developmental Language
Disorder