Fakta Unik mengenai Mahasiswa Psikologi

Art Credit: iStock

Sebagai mahasiswa yang mengambil jurusan psikologi di Perguruan Tinggi, seringkali dianggap sebagai sosok yang penuh dengan pemahaman mengenai perilaku manusia. Pengetahuan yang mendalam tentang otak, emosi, dan teori-teori psikologi membuat mahasiswa psikologi dipandang lebih mampu untuk dapat memahami  cara orang berpikir, berperilaku dan berinteraksi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan diri menganalisis situasi sosial, membaca ekspresi wajah orang, atau bahkan mencoba menafsirkan tindakan mereka berdasarkan teori psikologi yang telah dipelajari. Dibalik semua pengetahuan yang mendalam mengenai otak, emosi, proses mental, serta kaitannya dengan perilaku manusia,, terdapat beberapa fakta unik yang jarang atau bahkan tidak disadari oleh mahasiswa jurusan psikologi. Yuk, kita simak tiga fakta unik mengenai mahasiswa psikologi.

Sebagai mahasiswa psikologi, pada umumnya kita memiliki kebiasaan untuk menganalisis orang-orang di sekitar kita, seperti keluarga, sahabat, teman, atau bahkan rekan kerja. Salah satu cara yang cukup populer untuk memahami kepribadian seseorang adalah dengan menanyakan tipe kepribadiannya, kemudian menganalisisnya menggunakan Salah satu teori, misalnya berdasarkan MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). MBTI merupakan salah satu tes kepribadian yang digunakan untuk mengidentifikasi tipe kepribadian, kekuatan, dan preferensi seseorang. Tes MBTI didasarkan pada empat skala dikotomis, yaitu:

  • Extrovert (E) vs. Introvert (I)
  • Sensing (S) vs. Intuition (N)
  • Thinking (T) vs. Feeling (F)
  • Judging (J) vs. Perceiving (P)

Dari hasil tes MBTI ini, kita dapat mengetahui cara terbaik berkomunikasi dengan seseorang, serta gaya mereka dalam memproses informasi, mengambil keputusan, dan berinteraksi sosial. Kebiasaan tersebut tidak hanya membantu kita lebih memahami orang lain, tetapi juga memperkuat kemampuan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai tipe kepribadian, baik di kehidupan pribadi maupun profesional.

Selain itu, mahasiswa psikologi dianggap sebagai tempat yang nyaman untuk berbagi cerita emosional, baik itu masalah pribadi, hubungan, ataupun konflik sosial. Secara tidak sadar, kita menjadi terapis dadakan. Hal ini terjadi karena pandangan mereka terhadap kita yang memiliki pemahaman mendalam mengenai masalah emosional dan dianggap dapat memberikan solusi yang bijak.

Sikap empati yang kita pelajari selama perkuliahan membuat orang merasa bahwa kita bisa menjadi pendengar yang baik. Kita juga dianggap mampu memberikan nasihat yang tidak menghakimi, sehingga sangat membantu dalam mengatasi berbagai masalah hidup. Namun, meskipun peran ini bisa terasa menyenangkan, kita perlu berhati-hati agar tidak terlalu terbebani oleh masalah orang lain. Terlalu banyak mendengarkan cerita orang bisa membuat kita merasa kelelahan secara emosional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga batasan dan keseimbangan emosional, agar tidak mengorbankan kesehatan mental kita sendiri.

Tidak hanya itu, sebagai mahasiswa psikologi, tentu banyak mempelajari berbagai teori tentang perilaku manusia. Ilmu yang didapatkan ini tidak hanya bermanfaat untuk memahami orang lain, tetapi juga untuk mengelola diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari, kita sering kali menerapkan teori yang dipelajari untuk mengevaluasi dan menganalisis diri kita sendiri.

Sebagai contoh, pembelajaran tentang pengelolaan emosi mengajarkan kita untuk mengenali dan mengubah emosi negatif menjadi lebih positif. Ini adalah contoh dari investasi jangka pendek yang kita rasakan secara langsung. Kita menjadi lebih sabar, lebih tenang dalam menghadapi tantangan, dan lebih bijak dalam merespons situasi yang memicu emosi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat dampak positif ini pada kemampuan kita untuk tetap berpikir jernih dan terstruktur dalam menghadapi berbagai masalah.

Di sisi lain, ilmu psikologi juga memberikan investasi jangka panjang yang besar. Keahlian yang kita pelajari selama perkuliahan dapat membantu kita dalam membuat keputusan penting di masa depan. Misalnya, kita akan lebih mampu memilih pasangan hidup yang tepat, menjalani rumah tangga dengan cara yang lebih sehat, serta mendidik anak dengan pendekatan yang penuh kasih dan bijaksana. Ilmu psikologi yang kita pelajari juga memberi kita alat untuk lebih memahami diri sendiri, serta meningkatkan kualitas hubungan kita dengan orang lain.

Menjadi mahasiswa psikologi membawa dampak besar dalam cara kita melihat dunia dan berinteraksi dengan orang lain. Kebiasaan menganalisis orang melalui MBTI, menjadi tempat curhat bagi orang-orang di sekitar kita, dan belajar dari diri sendiri melalui teori-teori yang dipelajari adalah beberapa fakta unik yang tidak hanya mempengaruhi kehidupan kita sebagai mahasiswa, tetapi juga kehidupan sosial kita sehari-hari. Walaupun pengetahuan ilmiah mengenai ilmu psikologi memberi kita banyak keuntungan dalam memahami diri sendiri dan orang lain, namun penting bagi kita untuk tetap menjaga keseimbangan emosional dan tidak terbebani oleh peran yang sering kita ambil dalam kehidupan sosial. Pada akhirnya, ilmu psikologi adalah investasi berharga untuk kehidupan yang lebih baik, terutama bagi diri kita sendiri maupun untuk orang-orang di sekitar kita. AA/SP

Referensi:

Harahap, R. N., & Muslim, K. (2020). Peningkatan Akurasi Pada Prediksi Kepribadian MBTI Pengguna Twitter Menggunakan Augmentasi Data. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 7(4), 815-822. 10.25126/jtiik.202073622

Berita Terbaru

Agenda Mendatang

 

14-16

Agustus

Penerimaan Mahasiswa Baru

15

Agustus

Workshop Mengembangkan Potensi Gen Z dan Alpha: Tantangan dan Peluang di Era Digital

17

Agustus

HUT RI Ke-79

19

Agustus

Awal perkuliahan semester ganjil 2024/2025

14

September

Sarasehan 2024

27-28

September

Prof. Constance Vissers: Kuliah Umum Neuropsychology of Developmental Language
Disorder