Bersama Radboud University Membahas Developmental Language Disorder

Bahasa merupakan alat untuk kita sebagai manusia memahami satu sama lain. Akan tetapi dalam perkembangannya, banyak hal yang dapat menghambat perkembangan bahasa pada manusia. Developmental Language Disorder (DLD) merupakan sebutan untuk gangguan komunikasi yang menghambat pembelajaran, pemahaman, dan penggunaan bahasa. Oleh karena itu, pada hari Jumat, 27 September 2024 Fakultas Psikologi (F.Psi.) Universitas Tarumanagara (UNTAR) mengadakan webinar internasional yang berjudul  “An Introduction to A Neuropsychological Perspective on Developmental Language Disorder” bersama Radboud University untuk membahas mengenai DLD. Webinar internasional ini dibawakan oleh Ibu Denrich Suryadi selaku pembicara dan Tsania Marwa sebagai moderator.

Webinar ini dibuka oleh Prof. Constance T.W.M. Vissers yang memperkenalkan DLD sebagai masalah yang kompleks dan multidimensional. DLD adalah gangguan komunikasi akibat terhambatnya proses kognisi. DLD juga dapat mempengaruhi perilaku, sehingga penderita DLD memiliki hambatan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Kemudian, Professor Vissers menunjukkan video seorang anak perempuan yang mengidap DLD yang menggambar untuk berkomunikasi dengan orang lain tentang betapa kesepian dirinya karena tidak memiliki teman.

Selain itu, Thomas Camminga memaparkan materi tentang inner speech pada anak-anak penderita DLD. Thomas Camminga memulai pemaparan materinya dengan meminta audience untuk meditasi singkat dengan menutup mata dan merasakan indera-indera di sekitar kita. “When we close our eyes, we must think about what’s the purpose or when will this be finished, and that’s called inner speech.” ujar Thomas Camminga. Anak-anak dengan DLD mengalami kesulitan untuk fokus yang termasuk dalam fungsi eksekutif otak. Thomas Camminga juga menyampaikan bahwa executive functioning berfungsi untuk meregulasi perilaku. Tidak hanya itu, Len Martijn juga memaparkan bahwa DLD pada anak-anak disebabkan oleh pengalaman buruk pada masa lalu, contohnya (physical, emotional, sexual) abuse, (physical, emotional) neglect, serta household dysfunction atau yang sering disebut Adverse Childhood Experience.

Selama webinar berlangsung, mahasiswa/i begitu antusias dengan topik yang dibawakan. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya pertanyaan yang muncul saat pemaparan materi berlangsung. Melalui webinar ini diharapkan mahasiswa/i dapat belajar mengenai DLD, apa saja dampaknya, mengapa bisa terjadi, dan bagaimana cara mengatasinya. Ibu Denrich Suryadi M.Psi., Psikolog selaku Moderator juga menambahkan bahwa DLD pada anak-anak adalah masalah yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi mereka ketika dewasa.  (FT/TA)

Berita Terbaru

Agenda Mendatang

 

15

Mei

Pelantikan Psikolog Angkatan ke-38

16

Mei

Workshop “A to Z Preparation on Research and Publication”